News for the ‘EQNews’ Category

Pekerjaan Ini, Perempuan Ini

Udara malam masih terasa dingin selepas hujan lebat mengguyur tanah Bulaksumur, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat itu, ia dan seorang kawannya masih setia duduk di samping jendela yang terbuka. Mengulurkan tangan untuk meraih setiap buntalan kertas kuning yang disodorkan pengendara. Aspal yang tadinya dihiasi fatamorgana menjadi mengkilau oleh air yang menangkap temaram lampu kuning jalanan. Pantulan cahaya itu pun terlihat di kedua ujung sepatu boots hitam tuanya.

Namanya Tri Wulandari. Rekan kerja mengenalnya sebagai Tri. Ia adalah salah satu anggota Satuan Keamanan dan Keselamatan Kampus Universitas Gadjah Mada (SKKK UGM). Rambutnya yang hitam sedikit basah dipotong dengan model bob seleher. Berbalutkan atasan biru dan celana hitam khas seragam SKKK UGM, Tri melakukan tugas kesehariannya di bangunan kecil yang terletak di tengah-tengah Jalan Tevesia (sebelah Barat Masjid Kampus UGM).

Adalah SKKK UGM satuan yang memiliki tugas utama untuk menjaga keamanan dan ketertiban ‘kampus biru’. Mereka menerima komando langsung dari kantor pusat UGM. Salah satu komando yang diberikan adalah mengontrol akses keluar masuk kendaraan bermotor di wilayah kampus. “Selain jaga karcis ini ya kami juga memantau keadaan di sekitar pos penjagaan aja,” jelas Tri, “kalau saya cuma memantau sepanjang jalan ini.”

Terdapat kurang lebih delapan perempuan yang berprofesi sebagai SKKK UGM. Tri termasuk satu diantaranya. Di sisi lain, 16 laki-laki berprofesi sama. Mereka semua mendapatkan amanah dan hak yang serupa. “Yang spesial kalau hamil, kami diberi cuti tiga bulan.” cerita Tri. Ia pun mengaku bahwa SKKK UGM perempuan mendapat perlakuan khusus yaitu penempatan shift jaga, baik waktu maupun lokasinya. Mereka mendapatkan shift jaga mulai dari pukul 6 pagi hingga 2 siang. “Bisa juga kayak saya dari pukul 2 sampai pukul 10 malam. Ntar yang laki-laki lanjut sampai pukul 6 pagi lagi.” jelasnya. SKKK UGM perempuan pun biasa ditempatkan di lokasi yang relatif sejuk.

Tak dapat dipungkiri takdir wanita adalah menjadi seorang istri bagi suaminya sekaligus seorang ibu bagi anaknya. Hal ini pula yang sedang dijalani Tri. Banyak hal yang Tri korbankan, termasuk meninggalkan anak semata wayangnya hingga larut malam. Semua itu ia lakukan demi sebuah kepercayaan yang sudah diberikan kepadanya. “Sejak awal (suami) sudah memberi izin. Keluarga saya mengerti.” jawab Tri dengan suara mantap. Bagi Tri menjalani pekerjaan yang biasa orang katakan sebagai pekerjaan kaum adam ini semata-mata hanyalah untuk mencari rezeki. Upah yang ia dapat dari menjaga ‘kampus kerakyatan’ digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.

Bukan suatu hal yang mudah dan bukan pula suatu hal yang susah dalam menjalani pekerjaannya. Tri mengatakan ia belum pernah mengalami kejadian yang berat selama bertugas. Canda tawa bersama rekan seperjuangan membuat ia menikmati periode penugasannya. Hanya saja, ada satu hal yang membuat hati kecilnya resah tiap satu kejadian terjadi. “Saya merasa sedih setiap ada pengendara motor yang tak berhenti ngasih karcis. Seakan kami tidak dianggap ada.” tutur Tri apa adanya. Ia menghargai orang yang bersedia menepi dan mematuhi aturan dengan sekadar memberikan karcis kontrol. “Terima kasih” adalah kata yang selalu ia ucapkan untuk mereka.

Angin malam berhembus melalui jendela. Rambut yang tadinya basah oleh rintik hujan sudah mulai kering dibuatnya. Tatapan Tri lurus tajam kearah depan. Berkata pada dunia bahwa tak ada pekerjaan yang tidak pantas bagi perempuan. “Semua itu yang penting halal,” ucap Tri, “dan jangan pernah anggap remeh pekerjaan ini, perempuan ini.” (Sofi Nabila)

 

 

Dimuat dalam EQNews bulan April: Lika Liku Dosen FEB UGM

Posted: June 5th, 2015
Categories: EQNews
Tags:
Comments: No Comments.